Rabu, 23 November 2011

PATAH HATI


Ku tarik dan hembuskan nafas ini perlahan
saat renungi keadaan ...
hingga ingatan ini membuat
nafas yang ku tarik dan ku hembuskan
ini pun semakin kencang



Aku sempat bertanya, 
Kenapa kesunyian ini membuatku sepi,
dan aku benar-benar benci ...



Dalam malam yang hitam dan kelam, 
aku harus selalu tenggelam


dan kenapa dalam siang 
yang ku lalui pun 
hari-hariku harus seperti belati,
yang menari di urat nadi,,,


dan setelah kaupun mengerti 
tentang arti dari semua ketulusan ini
saat itu aku sudah ada lagi, 
hingga sesalmu iringi tangis,,,
Saat Jasadku di balut kain putih polos.


Watashi Wa Anata Ga Suki Desu?

Kenapa ya, lagit warnanya biru? Kenapa awan itu bentuknya aneh? Kenapa pelangi itu indah? Kenapa cinta itu rumit?

“Maya...” panggil Tyas kesekian kalinya. “Disapa Rama kok diem aja?” tanyanya sambil memandangi Maya yang bengong.
“Oh, yang tadi itu Rama ya?” tanyanya balik sambil memandang sosok yang telah jauh berjalan.
Samar-samar ingatan Maya kembali ke beberapa detik sebelumnya. Saat mereka sedang duduk di depan ruang dosen, menunggu bapak-ibu dosen pembimbing, seorang laki-laki berbadan kurus, tinggi normalnya cowok Indonesia, berkacamata, mengenakan jaket hitam dan tas ransel lewat di hadapan mereka.  Dan dia tersenyum.
“Hai Maya, Tyas” sapanya pada dua dara yang sedang asik mengobrol.
Senyuman yang ramah mengembang. Lesung pipinya benar-benar manis. Dan sayang sekali Maya telat merespon kejadian beberapa detik itu. Dia hanya bengong terpesona, hingga yang bersangkutan menghilang ditengah kerumunan manusia.
“Kamu kenapa sih. Kalian dulu satu SMA kan? Kok diem-dieman gitu?” tanya Tyas heran dengan sikap sohibnya itu. Jarang sekali dia mendapati Rama dan Maya berbicara santai layaknya teman satu SMA. Pertanyaan Tyas itu ditanggapi Maya dengan senyuman pahit. Bagaimana bisa dia ngobrol santai dengan orang itu. Setiap ketemu saja jantungnya berdebar luar biasa kencang seolah lari maraton. Setiap berdekatan dengan orang itu, keringat Maya membanjir seperti Bengawan Solo. Setiap melihat senyum dari orang itu, dia berasa mimpi dan tidak ingin bangun lagi. Karena itu Maya membatasi interaksi dengan Rama. Dia takut perasaannya akan ketahuan.
Whats’s? Hari gini, masih malu ngungkapin perasaan? 2011 gitu lho... Yupz. Itulah Maya. Siswi jurusan FKIP Bahasa Indonesia. Tingginya rata-rata, kulit sawo matang, tampang standar, rambut lurus sebahu, berkacamata minus ¼, hobi baca; komik, novel, koran, nyampe bungkus makanan. Entah kenapa dia agak gimana dengan makluk adam, sampai dikira alergi cowok. Padahal jauh di hati kecilnya. Jauuuuh...banget, ada Rama yang menghiasi.

****

Pagi yang indah. Langit biru, matahari bersinar cerah, burung berkicau riang dan...

JEGLERRRRRRR........

Petir menyambar diatas kepala Maya. Gadis itu menatap nanar pengumuman jadwal presentasi yang tertempel di pintu kelas. Dari sekian kelompok dia masuk di kelompok lima dan di antara deretan nama anggota; Wahyu Kusuma, Arini, Maya Karmila dan Rama Pratama. Kepala Maya serasa berkunang-kunang menemukan nama itu, Rama Pratama, satu kelompok dengannya.
“Wah, May, kita satu kelompok ya?” sebuah suara yang dikenalnya. May adalah panggilan Rama pada Maya. Maya sendiri tidak sadar sejak kapan Rama memanggilnya begitu. Maya pun memutar kepala dan menemukan senyuman ramah Rama dan lesung pipi manisnya. Oh, God, sepertinya arwah Maya terbang ke luar angkasa.
“Ah, ya” akhirnya Maya bersuara, lengkap dengan senyum keki; campuran antara kaget, senang,  seram dan grogi. Ini sebuah keberuntungan atau kesialan ya?
“Mau dibahas kapan?”
“Terserah”
“Hari minggu bisa?” tayanya sambil membuka agenda. Orang ini memang makluk super sibuk. Selain sebagai ketua himpunan mahasiswa jurusan juga aktif dalam berbagai kegiatan amal diluar kampus. Itu salah satu poin yang membuat Maya terpesona, kesadaran sosial yang tinggi.
“Boleh” jawabnya asal-asalan. Maya pun memilih tetap memandangi daftar nama di pintu daripada menikmati wajah Rama yang kata teman-temannya mirip Hritik Rosan. Tapi dia nggak suka nyanyi India apalagi joged seperti Briptu Norman lho...
“Masih kursus bahasa Jepang?” tanyanya mengalihkan perhatian, memaksa Maya untuk kembali memandang laki-laki itu.
“Udah enggak” jawabnya sambil garuk-garuk pipi dengan jari telunjuknya, memperlihatkan kukunya yang di cat hitam (Maya memang tergila-gila dengan hal berbau gothic). Kebiasaan Maya, kalau bingung atau merasa bersalah.
“Kenapa? Padahal kan asik kalau bisa bahasa Jepang. Aku sih tahunya Kagebunshin no jutsu” ucapnya sambil tertawa. Ya, Rama memang penggemar beratnya Naruto, semenjak si Naruto belum dikenal sampai tenar. Pernyataan itu lagi-lagi dibalas dengan senyuman canggung oleh Maya, malu juga mengakui kalau dia juga maniak Naruto.
“Nggak, kursusnya mahal. Lagian jadwal kuliah makin padat jadi nggak ada waktu” jawab gadis itu kemudian. Ditanggapi dengan anggukan oleh laki-laki itu.
“Oh ya, aku duluan ya” ucap laki-laki itu sebelum berlalu meninggalkan Maya terbengong di tengah samudra keheranan. Jarang-jarang kesempatan ini datang. Mereka sudah enam bulan tidak saling bicara stelah insiden ‘bodoh’ yang dilakukan Maya sebelumnya. Maya memberikan sebuah novel karya Ilana Tan, Winter in Tokyo, pada Rama namun karena grogi kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu berantakan luar biasa dan pada akhirnya dia buru-buru kabur menyelamatkan diri.
“May” laki-laki itu berbalik arah dengan senyum mengembang. “Winter in Tokyo-nya bagus”
“Ya” hanya kata itu yang keluar dari bibir Maya yang serasa kembali terbang menembus mega ke luar angkasa dengan naik angsa milik dewa Brahma.

****

“Boku wa michi wo nakushi, kotoba suranaku shitte shimau. Dakedo hitotsu dake wa.... Nokotteta nokotteta, kimo mo koega...” gumam seorang gadis yang duduk di bawah sebuah pohon sambil mendengarkan mp3 dari ponselnya dan membaca sebuah komik. Bajunya sama sekali nggak matching; kemeja merah, rok tosca, jaket abu-abu, sendal jepit kuning, Harajuku style kilahnya. Tapi sebenarnya karena dia lagi males setrika aja. Rambutnya di jepit serampangan, membuat helaian rambut yang terlepas menari-nari tertiup angin sepoi siang itu.
“Warau kao mo okaru kao mo subete, boku wo arukaseru. Kumo ga kireta sakiwo mitara Uhukh...” gadis tiba-tiba tersedak.
“Lagunya bagus” ucap seorang pemuda yang telah duduk di samping gadis itu. “Judulnya apa, May”
“Oh, eh, Rama” Maya pun meneguk susu kotak untuk membasahi kerongkongannya. “Yang tadi judulnya To You All, ost Naruto Shippuden”
“Artinya apa?”

GUBRAK...

“Hah? Artinya? Uummm” mata gadis itu blingsatan, lalu berpikir sejenak. “Ummm, tentang seseorang yang tersesat tapi terus berjuang untuk mencari jalan pulang, karena ada seseorang yang membayanginya. Yang menjadi semangat untuknya. Daiji na hito ga iru. Seseorang yang penting” ucapnya memandang birunya langit awal musim panas.
“Wah, bahasa jepangmu keren” puji Rama.
“Mbah Google kok yang keren” balasnya. Maya memang hobi surfing di internet dan searching berbagai info tentang komik, anime atau pun lagu Jpop yang baru. Rama sebenarnya tidak jauh beda, karena dia maniak game online. Hanya tidak saling mengetahui saja.
“Sorry telat” ucap dua orang yang baru muncul. Arini dan Wahyu. Percakapan itu pun beralih ke tugas kuliah yang harus mereka prsesentasikan.

****

Tatapan laki-laki berkacamata itu tak lepas dari seorang gadis yang baru tiba dan segera duduk di kursi depan. Dia meminum susu kotak sambil membaca majalah Story dan sesekali berbincang dengan Tyas, sahabatnya. Rambut sebahunya hari ini dibuat kriting spiral dengan beberapa jepit sederhana. Dia terlihat manis meskipun tetap berkesan  jutek seperti biasanya.
“May” sapanya. Namun ekspresi gadis itu seolah berkata “enyahlah kau dari sini” meskipun disertai sebuah senyuman canggung. “Ini copiannya” diserahkannya beberapa lembar kertas pada gadis itu.
“Thanks ya Rama” ucapnya, kali ini dengan senyuman manis yang pas, membuat jantung pemuda itu tiba-tiba deg-degan. Jarang sekali Rama mendapatkan senyum seperti itu dari Maya, senyum yang biasanya hanya muncul saat dia bersama teman-teman ceweknya. Senyum lepas yang manis dan ringan, seperti manisnya permen lemon favoritnya.
Rama segera kembali ke kursinya tepat saat dosen memasuki ruangan dan kembali memperhatikan gadis itu yang mengemasi barangnya dan menyiapkan materi presentasi.

****

“Hoeh.... selamat...” gumam Maya setelah keluar kelas dan melewati presentasi yang panas, sepanas cuaca siang itu dan memaksanya menyembunyikan wajah dibalik map.
“Pertanyaannya banyak yang nggak nyambung” komentar Tyas yang berjalan di sampingnya. ”Eh, tunggu bentar. Aku mau ke toilet dulu” ucap Tyas yang segera menghilang ke toilet.
“Thanks ya May, udah di jawab tadi pertanyaannya” ucap Rama yang ternyata sejak tadi berjalan di belakangnya. Dalam presentasi kali ini Maya bertugas sebagai sumber informasi yang menjawab pertanyaan masuk dan tentu saja dengan bantuan dari teman-temannya juga.
“Iya” ucapnya manggut-manggut menahan kepalanya yang berkunang-kunang, bukan hanya karena panas tetapi karena belajar hingga larut malam. Di pandanginya punggung laki-laki yang menuruni tangga.
“Eh, May” lagi-lagi dia mengehentikan langkahnya dan berbalik pada Maya yang masih berdiri di dekat tangga di lantai empat, menunggu Tyas. “Bahasa Jepangnya selamat tinggal apa?” tanyanya dengan senyum penuh harap.
“Oh, itu, sa....” belum selesai kata-kata Maya telah terpotong.
“Watashi wa anata ga suki desu, kan?” katanya dengan keyakinan 100% yang membuat Maya terbengong heran.
“Eh, itu...”
“Iya, bener kan?” katanya ngotot, membuat Maya semakin bingung. “May, watashi wa anata ga suki desu” ucapnya kemudian.
“Eh?” Maya menanggapinya dengan dahi berkerut, tidak mengerti.
“Watashi wa anata ga suki desu”ulanganya.
“Apa?” Maya menggaruk-garuk pipinya dengan jari telunjuk, merasa ada yang tidak beres. Rama pasti salah mengartikan kata-kata itu sebagai sayonara. Apa sebegitu tidak mengertinya bahasa Jepang sampai seperti itu. Tapi dia kan suka baca komik, mustahil tidak tahu sekedar kata ‘sayonara’. Mungkinkah?
“Watashi wa anata ga suki desu” ulangnya kembali. “Jawabannya apa?” tanya laki-laki itu tidak sabar.
“Watashi wa...” Kata-kata Maya terputus. Dia menelan ludah dan, “Suki dayo” akhirnya kata itu meluncur dari bibirnya di sertai dengan gemuruh hebat yang menyerang dadanya hingga membuat tangannya gemetar dan tubuhnya lemas.
Sebuah senyum kembali terlukis di bibir laki-laki itu bersamaan dengan lesung pipi yang muncul di pipi kirinya. Benar-benar manis. Hanya itu yang ada dalam pikiran Maya yang masih terbengong bahkan saat Rama meletakkan sebuah komik serial cantik berjudul ‘Be My Lady’ ditangannya.


 Sumber : Pulpen

Cara Menjaga Nafsu Syahwat

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Cara Menjaga Nafsu SyahwatPertanyaan : assalamu'alaikum
Saya mau bertanya, bagaimana cara menjaga nafsu syahwat?

Jawaban : Wa'alaikum salam warahmatulah wabarakatuh

Jalan keluar paling ampuh untuk menjaga nafsu syahwat adalah dengan menikah. karena dengan menikah dapat menjaga pandangan dan kemaluan. adapun jika belum mampu menikah, maka perbanyak berpuasa. karena dengan berpuasa dapat mencegah nafsu syahwat yang berlebihan. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء

Artinya : "Wahai para pemuda. barang siapa yang bisa jima' maka menikahlah. karena itu lebih menjaga pandangan dan kemaluan. dan barang siapa yang belum bisa, maka berpuasalah. karena dengan itu dapat menahan syahwat." (HR Muslim)

Dalam hadits diatas, Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- mengkhususnya perintah ini kepada pemuda. karena pemuda lebih besar gangguan syahwatnya dibanding orang yang sudah tua.

Bisa jima' dan menanggung hal-hal yang diakibatkannya, seperti memberi nafkah baik berupa makanan atau pakaian. maka Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- memerintahkannya untuk segera menikah.

Adapun pemuda yang mampu jima' akan tetapi belum mampu memberi nafkah, maka diperintahkan untuk berpuasa. karena ketika seseorang berpuasa dia berusaha menjaga puasanya dari hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. dengan itu, dia akan lebih menjaga syahwatnya.

Islam

Aku membanting berasal dari akar bahasa Arab "Salema": damai, kesucian, penyerahan dan ketaatan. Dalam pengertian agama, Islam berarti penyerahan diri kepada kehendak Allah dan ketaatan kepada hukum-Nya.


Segala sesuatu dan setiap fenomena di dunia selain manusia ini dikelola sepenuhnya oleh Allah-hukum buatan, yaitu. mereka taat kepada Allah dan tunduk kepada hukum-Nya, mereka berada di Negara Islam. Manusia memiliki kualitas kecerdasan dan pilihan, sehingga ia diundang untuk patuh pada kehendak Allah yang baik dan mematuhi hukum-Nya, yaitu, menjadi seorang Muslim.

Penyerahan diri kepada kehendak Allah yang baik, sama dengan ketaatan pada-Nya menguntungkan, yaitu, menjadi seorang Muslim, adalah terbaik untuk melindungi perdamaian dan harmoni manusia.

Islam tanggal kembali ke zaman Adam dan pesannya telah disampaikan kepada manusia oleh para nabi dan rasul Allah, termasuk Abrahim, Musa, Yesus dan Muhammad.

Pesan Islam telah dipulihkan dan ditegakkan dalam tahap terakhir dari evolusi keagamaan dengan Nabi terakhir Allah dan Rasul, Muhammad.

Kata Allah dalam bahasa Arab berarti Tuhan, atau lebih tepatnya, The One dan Hanya Allah yang kekal, Pencipta Alam Semesta, Tuhan semua tuhan, Raja segala raja, Paling Pengasih, Maha Penyayang. Kata Allah berarti Allah juga digunakan oleh orang Yahudi yang berbahasa Arab dan Kristen.

Jumat, 18 November 2011

CINTANYA BERPALING PADAKU


Oleh Salim Khudori
    Icha membanting tubuhnya di atas ranjang. Matanya berkaca-kaca, masih tidak percaya. Rio, cowok dengan postur tinggi & item manis. Orang yang selama ini ia kenal sebagai pacar dari Fina, salah satu sahabat karibnya. Dan dia tahu betul, Fina sangat mencintainya, dengan segala cara Fina mati-matian untuk mempertahankan cinta Rio. Tetapi, kejadian tak disangka tiba-tiba terjadi. Rio menyatakan cinta padanya. Ini pasti akan menjadi sebuah dilema cinta.
    “Aku sayang kamu, aku cinta kamu..??”
    “Apa aku salah, Cha..??”
    “Aku rela memutuskan Fina, kenapa, itu karena aku tidak bisa membohongi perasaanku padamu Cha”.
    Kata-kata itu selalu terngiang di telinganya. Beberapa jam yang lalu, Rio mengatakan semua yang ada dalam hatinya. Masih tak habis pikir, merasa dunia tak adil. Gadis yang sekarang duduk di bangku kelas XI SMA menangis sejadinya. Walaupun tak mengeluarkan suara.
    Ia kehilangan semua moodnya untuk belajar. Untung besok adalah hari minggu, yang dia anggap adalah hari kebabasan untuk meluangkan waktu dan membuang semua kejenuhan yang dihadapi setelah disuguhi seabreg kegiatan dan pelajaran di sekolah.
    “Tuhan, What happen with me..??”
    Dalam hati ia selalu bertanya-tanya.
    “Arrrghhh, kenapa semua ini terjadi padaku?”
    “Apa yang akan dikatakan Fina kepadaku jika ia tau semua ini. Apa yang akan dikatakan oleh teman-temanku?”
    “Aku tak bisa, aku bukan perebut cowok orang !”
    ***
    Lalu ditelfonlah Dony, sahabat sekaligus sepupu. Yang dia anggap adalah sahabat yang paling gokil dalam segala perbuatan juga aktivitasnya sehari-hari, yang paling penting tentu bisa mengerti setiap dia berkeluh kesah padanya.
    “Tuutt… Tuutt… Tutt…”
    “Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
    “Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
    Suara bercanda Dony terdengar dari kejauhan. Tetapi ia belum bisa bicara, bibirnya masih kaku untuk mengucapkan kata-kata. Suaranya serak, karena hampir dua jam dia menangis.
    “Hallo, selamat malam, pembasmi serangga siap membantu anda”
    “Kami akan melayani anda seprofessional mungkin. Semua jenis serangga akan kami basmi”. Hehehe….
 
    Dony mengulangi kata-katanya.
    Dan barulah ia mengucapkan kata-kata yang terdengar serak.
    “Aku mau curhat Don. Aku bingung, harus bagaimana..??”
    Dan langsung saja dony, dengan keisengannya menjawab.
    “Wakh,, ada yang salah nich. Minum obatnya ketuker sama racun tikus ya..??”
    Dengan nada memelas serta suara serak Icha menjawab.
    “Serius ini, ada waktu kan buat dengerin?”
    Dengan PD-nya dony langsung menjunjung tinggi rasa persahabatan & persaudaraan. Tentu dengan versinya sendiri. “Ia… ia… maaf, buat sahabatku. Apa sich yang nggak.. hehe..??”
    “Gini don, kamu tahu Rio kan?”
    “Ia, tahu. Pacarnya Fina kan? Ada apa dengan dia?”
    “Dia tadi ke rumahku, dia bilang sangat mencintaiku, dia memaksa aku jadi pacarnya.”
    “Yess..!!”
    “Ko, Yess. Eman

g kenapa?”
    “Aku bakal dapat traktiran makan gratis nich” hehehe
    “Akkhh,, Donyyyy… jangan bercanda dulu kenapa sich..?? Orang lagi serius juga”. Suara memelas dan manja keluar dari mulut Icha.
    “Ia,, maaf lagi dech. Emang kenapa, toh kamu lagi jomblo, orangnya biarpun item manis, cakep juga, lumayan lah?” kata Dony mencoba menghibur.
    “Bukan itu masalahnya, kamu nggak pernah tau kan kalau Fina sangat mencintai Rio..?? Dia mati-matian mempertahankan cinta hanya untuk seorang Rio. Kemarin ada 2 cwok yang nembak Fina, juga dia tolak”. 
    “Ooo… begitu, terus mau bagaimana?”
    “Aku bingung, aku nggak tahu, apa yang harus aku lakukan”.
    “Ya, udah, besok aku temenin ke rumah Fina, nglurusin masalah ini baik-baik. OK?”
    “Hah,, apa kamu sudah gila. Mau bilang Fina ke aku. Bisa-bisa aku akan langsung kena semprotan dari Fina?”. Sontak saja icha langsung mengeluarkan kata-kata emosinya.  Dengan santai dan bijaksananya dony menjawab.
    “Terus… mau sampai kapan kamu pendam? Kalau Fina sudah tahu pasti semuanya akan terasa tenang & masalah clear. Mau nggak, kebetulan besok hari Minggu, aku juga libur kerja. Kalau nggak mau ya sudah”.
    Ichapun bingung memikirkan semua itu. Mungkin sudah buntu pikirannya. Dan mau saja mengikuti ajakan sahabatnya.
    “Ia dech, tapi kamu yang ngmong ya..??
    “Lhoo. Kok aku sih, yang punya problem kan kamu”
    Lagi-lagi icha dengan memelas dengan setengah merayu. Dia paling tahu kelemahan Dony. Kalau dony tidak akan tega melihat orang kesusahan, apalagi seorang perempuan.
    “Ayo donk, please. Bantu aku, katanya sahabatku”
    Dan benarlah, dony langsung menyetujui permintaanya.
    “Ya udah, sekarang aku mau tidur dulu. Ngantuk banget.”
    “He’Em,, makasih don. Besok pagi langsung ke rumahku ya..??”
    “Ia..ia.. aku pagi-pagi ke rumahmu. Udah ya, tinggal 
½ watt nich. Bye…” “Tut…tut…tut..”
    Telponpun diputuskan oleh Dony. Dengan setengah menggerutu. Huh, kebiasaan banget. Belum dimatiin, udah dimatiin duluan.
    Tetapi, icha juga sangat tau kalau dony kecapean habis kerja seharian. Apalagi kerja di bidang jasa, pasti sangat capek. Menghadapi 1001 macam karakter orang, tapi selalu dia bisa membuat dirinya tersenyum seperti sekarang ini. Makanya dia memasukkan dony ke daftar sebagai sahabat yang paling baik. Walaupun kadang memang membuat kesal setengah mati. 

Akhirnya, ichapun mencuci mukanya yang lusuh oleh air mata telah kering. Lalu merebahkan badan serta memejamkan mata. Karena Icha juga sangat capek, setelah seharian diboombardir ulangan 3 mata pelajaran. Ditambah lagi Rio yang barusan membuat dirinya kaget, hampir mencopot jantungnya.


    ***
    Minggu yang cerah adalah hari yang asyik bagi para kaum muda. Apalagi yang sudah punya pasangan. Mereka pasti akan memanfaatkan momentum itu untuk sekedar berjalan-jalan mungkin atau aktivitas lainnya, walaupun dalam 1 bulan ada 4 kali hari minggu, tetapi tidak ada bosannya menunggu hari minggu tiba. Tetapi, tidak bagi Icha sekarang, yang sedang diberondong dengan sejuta masalah baginya. Ketika dia bangun, sangat malas untuk beraktivitas. Padahal biasanya hari minggu adalah hari yang paling istimewa dalam hari-harinya. Dengan langkah lesuh, dia menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan sebelum dony datang. Icha tidak mau, dony nyerocos menceramahinya ketika ia datang, belum sempat mandi. Kemarin dony sudah berjanji akan datang pagi-pagi.


    ***
    “Permisi… tok… tok… tok…”.
    Suara dony berubah menjadi kakek-kakek, ketika mengetuk pintu untuk menemui Icha di rumahnya. Dan langsung mama icha yang sedang berada di dapurpun langsung bergegas membukakan pintu untuk tamunya. Ketika mamanya yang tak lain adalah tantenya membukakan pintu.
    “Ya ampuuunnnn,,,, kamu lagi, kamu lagi don, gak ada kapoknya ya ngerjain tante”. Dengan setengah kesal mama icha mengomeli ponakannya yang isengnya kadang keterlaluan. Memang, tidak Cuma 1 kali mama icha tertipu dengan ulahnya dony. Tapi, ya seperti biasa dony hanya melontarkan senyum khasnya untuk tantenya itu, seolah tak mempunyai dosa sedikitpun.
    “Hehehehe… maaf, Tan. Ichanya ada..??”
    “Awas,, ya, sekali lagi..!! Ada, baru selesai mandi tuch”
    “Yaudah masuk, tante lagi masuk, ntar gosong lagi”
    “Ia… ia… ia… ngomel mulu, cepet tua tan. Hehehehe”
    Lagi-lagi dony membuat kesal kepada tantenya. Sehingga tantenya pun mengeluarkan jurusnya.
    “Ya ampuunn,, ini anak satu. Berbalik sambil menjewernya”
    “Peace… Tan. Peace… Ampun !!” bujuk dony kepada tantenya agar melepaskan tangan dari telinganya.
    “Ada apa sich, pagi-pagi dah ribut-ribut. Kayak anak kecil aja”. Tiba-tiba icha muncul dari dalam.
    “Udah-udah, mama ke dapur lagi, gosong tuch masakan”, lalu mama ichapun kembali ke dapur meninggalkan keponakannya yang super rese itu. Icha sudah tahu betul kelakuan sepupunya kepada mamanya. Ichapun langsung meluruskan permasalahan kepada dony, dan mengajak ke rumah fina.
    “Jadi, gimana..?? ke rumah fina sekarang..??” tanya icha kepada dony.
    “Nggak, besok aja sekalian” Dony menjawab dengan agak ketus, karena kesal.
    “Hehehe… ia.. ia.. ayo berangkat, jangan manyun begitu”, canda icha kepada dony. Akhirnya mereka berdua menuju ke rumah fina.
    ***
    Tapi apa yang terjadi, tanpa disangka, tanpa direkayasa, dan di luar skenario, kalau bahasa pertelevisian. Sesampainya di rumah fina, rio & fina sedang di ruang berdua seperti larut dalam kesedihan. Ichapun melangkah lemas, ketika dipersilahkan duduk oleh fina. Bagaimana tidak sahabat yang selama ini jadi pendengar setia ketika icha sedang diberondong masalah dalam hidupnya. Sekarang ia bersedih karena dilema yang menyangkut dirinya. 10 menit mereka berempat membisu. Suasana menjadi sangat amat dramatis seperti di film Titanic ketika Jack menyelamatkan kekasihnya Rose. Atau mungkin seperti Fahri di Ayat-Ayat Cinta ketika dihadapkan kepada dua perempuan yang dicintainya. Dony anak super resepun hanya diam ikut larut dalam suasana pagi itu.
    “Cha… aku akan ikhlas jika semua ini yang terbaik untuk rio, semua ini memang sudah suratan. Kamu jauh lebih baik daripada aku. Please banget, bahagiain dia. Kita akan tetap bersahabat. Aku hanya memohon 1 permintaan saja, jangan pernah kau sakiti dia”. Fina memecah kebisuan sambil meneteskan air mata.
    “Tapi fin..??” belum selesai icha berpendapat, sudah dipotong dulu oleh Rio.
    “Fin, kamu percaya kan. Semua akan indah jika kamu menerimanya dengan tulus..?? Cinta ini akan mengalir seperti air di sungai. Cinta ini akan abadi jika kamu memang cinta dengan persahabatan ini. Fina sudah rela aku untukmu, aku tinggal menunggu keputusanmu”.
    Fina tak mampu berkata-kata lagi, kepalanya berat tak tertahankan. Jiwanya seperti akan keluar dari raganya.
    Suara teleponpun berdering, icha dengan setengah sadar mengambil dan melihat “Rio memanggil..”. Icha baru sadar ternyata semua yang dialaminya adalah mimpi. Jantungnya masih berdegup dengan kencangnya. Darahnya mengalir deras. Keringat dinginpun keluar. Apakah ini pertanda akan mulainya segala mimpi itu. Hanya Icha dan Tuhan yang tau.